Medinusantaranews.com, (Banyuasin)- Nasib kehidupan anak kakak beradik ini Miris dengar ceritanya. Kedua orang tuanya kerja srabutan dan mereka berdua beradik harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Abib baru duduk di bangku kelas VI sekolah dasar dan adiknya Aurel duduk dibangku kelas V sekolah dasar juga. “Kami dibolehkan sama bapak dan emak cari uang di Jembatan jalan ini, tapi tak boleh memaksa sama orang yang melintas, terima seadanya saja yang penting orang iklas”, tiru Abib polos.
Dikatakan Abib, kalau kerja disini bisa boleh duit untuk beli paket, karena disekolahnya belajar pakai daring, tapi uangnya bisa lebih dikasihkan ke Emak untuk beli beras”, tambah Aurel sembari menunduk sedih.
Kedua anak yang belum pantas mencari uang dengan berpanas-panasan itu mengaku anak Ahmad yang berdumisili dipermukiman antara Desa Tanjung Laut dengan Desa Biyuku dalam Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.
Abib dan Aurel mengaku pekerjaanya ini mulai dilakukan sejak Sekolah tidak belajar dikelas dan belajarnya hanya pakai handpond. “Dari pada tiduran dirumah oleh orang tuanya diizinkan boleh cari uang dijalan ini”, ucapnya lagi.
Kalau sedang ramai orang lewat sehari bisa boleh Rp 43 ribu, tapi kalau sepi hanya boleh Rp 12 ribu kadang hanya Rp 6 ribu sehari dan makanan bawa dari rumah nasi sama ikan asin sebungkus ini untuk berdua, akunya sedih.
Dijalan yang sama diloksi berbeda hal yang sama juga ada dua anak yang aktivitasnya sama sebut saja Isah dan adik balitanya Ari berhari-hari melawan teriknya matahari dan tebalnya debu saat kendaraan melintas.
Saat ditanya Isah mengaku membawa adiknya ditempat ini dirumah tidak ada yang ngasuh dan kedua orang tuanya buruh srabutan, bapak gawenya nyadap karet tempat orang dan ibunya buruh dirumah orang.
Siswi kelas 3 SD itu hanya dibekali sebungkus nasi dengan lauk sambal tempe saja itu ngaku setiap hari kerjanya duduk ditengah jembatan jalan lintas menuju Kecamatan Pulau Rimau mengharap uluran belas kasih para pengguna jalan, tapi sedihnya kalau adik balitanya itu nangis minta makan, ucap Isah memilukan.
Isah ngaku sehari bisa boleh Rp 30 ribu dan semua uangnya diberikan sama mamak untuk beli pulsa dan disimpan untuk beli sepatu dan baju seragam kalau sekolah sudah masuk. “Kadang kami diberi makanan juga sama orang, kadang ada juga yang kasih nasi”, aku Isah sambil bilang datang ditempatnya itu dari jam 10.00 wib sampe jam 17.00 wib.
Beritanya sudah ditayangkan oleh media ini, pihak Pemerintah setempat belum ada yang diminta konfirmasinya, terkait anak bernasib kurang beruntung itu yang bertahan hidupnya meminta belaskasih para pengguna jalan Suak Tapeh-Pulau Rimau.(mnn/waluyo)