Banyuasin,medianusantaranews.com- Dalam perbincanganya pada WhatsApp Ketua Koperasi Mitra Asri (KMA) Desa Tabuan Asri Untung Rianto mengatakan penghasilan anggota pada triwulan Januari-Maret 2019 ini tidak ada alias Nihil. Selain permasalahan produk buah sedang ngetrek juga efek luasan lahan yang riel dilapangan di KMA dengan data yang ada di Pt. Hamita Utama Karsa (HUK) sebagai mitra tidak jelas.
Untuk itu berdampak pada hasil anggota menjadi minus, apalagi buah ngetrek, harga murah dan sering hujan menyebabkan ongkos angkut tinggi, jadi hasil hanya bisa buat bayar bank. Jika mau seperti dulu bisa saja yaitu ngutang atau talangan lagi hanya dampaknya kita lama lagi memiliki kebun sendiri. Buat semua pemilik plasma kami pengurus mohon maaf yang sebesar-besarnya, jelas Untung.
” Kebetulan saat itu saya sedang berada diluar desa jadi besok saya upload laporan Hamita seraya menambahkan dari laporan kita akan tahu berapa perkilonya, kemudian dalam 1 bulam berapa hasilnya, stor ke bank berapa, maka semua akan jelas, Insya Allah besok saya kirim”, kata Untung.
Yang terberat bagi pengurus sekarang sedang meluruskan lahan kita 524 Hektar dan tidak menerima perhitungaan perusahaan yang seluas 574 ha. Jika berhasil utang kita dan bungannya menurun. Kami berusaha uang yang sudah terlanjur masuk distor ke Bank akan kita minta buat mengangsur utang supaya cepat lunas.
Bukan hanya itu kata Untung, masalah pemeliharaan jalan dan tanaman kacang-kacangan kita tekan harus bisa dikembalikan, sebab faktanya tidak pernah ada di lokasi perkebunan plasma, tentu hal itu perlu dukungan seluruh anggota KMA, jangan hanya membebankan pengurus saja.
” Saya selalu dipengaruhi oleh oknum orang kuat yang ada di Banyuasin agar saya menurut saja dengan keputusan Pt. Hamita dan jangan mengungkit-ngungkit yang sudah terjadi. Alhamdulillah saya masih kuat untuk membela masyarakat”, ungkapnya.
Terkait urusan ini saya sebenarnya tertekan dan berat bebanya, terutama para pemilik plasma yang ada di Riau, saya sarankan sebaiknya kalian semua kesini melihat langsung hasil kerja kami. Sehingga tidak mendengar info sepihak. Alhamdulillah waga yang ada di sini telah faham dengan kebun kita yang sudah dihancur-remukan aturanya oleh pengurus terdahulu.
” Jujur saja, saya katakan demi Allah bulan ini insentif saya hanya Rp 800 ribu perbulannya dengan resiko nyawa yang selalu terancam. Bukan mengancam tetapi mempengaruhi dan justru pihak berwajib yang melakukan hal itu. Jadi kami mau melapor kemana lagi kalau fatanya begitu”, tanyanya.
Demi menyelamatkan aset Anggota KMA, dikatakanya tak apa-apa yang penting ada proges penyelesaian. Sebab akibat storan ke bank sangat tinggi dan padahal lahannya tidak ada, kemudian masyarakat tidak dapat hasil. Itulah yang membuat saya menjadi prihatin dan kasihan dengan masyarakat sebagai anggota KMA, pungkasnya.(waluyo)