Nasional
medianusantaranews.com
Perusahaan tambang batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) membuka peluang kembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) berbasis hidrogen untuk kebutuhan produksi dan transportasi ke depan.
Hal itu disampaikan Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra, Kamis (01/08/2024)
Dikatakan Niko, PTBA saat ini sedang mendalami peluang pengembangan EBT berbasis hidrogen, baik untuk kebutuhan sendiri maupun mendukung penguatan kebutuhan kemitraan dalam sistem rantai bisnis transportasi dan produksi PTBA di masa depan.
“ PTBA pun memiliki visi menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Maka diversifikasi bisnis ke bidang energi baru dan terbarukan (EBT) dilakukan,” ujar Niko dalam paparan publik.
Untuk diketahui, bahwa sampai dengan saat ini PTBA telah membangun PLTS di Bandara Soekarno-Hatta bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero), yang sudah beroperasi penuh sejak Oktober 2020. PLTS tersebut berkapasitas maksimal 241 kilowatt-peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC).
Selain dengan Angkasa Pura II, PTBA juga bekerja sama dengan Jasa Marga Group untuk pengembangan PLTS di jalan-jalan tol. PLTS berkapasitas 400 kWp di Jalan Tol Bali-Mandara telah selesai dibangun dan diresmikan pada 21 September 2022. Perusahaan pun bekerja sama dengan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dalam pembangunan PLTS berkapasitas 23,07 kWp yang mencapai tahap COD pada Juni 2023.
Dari sisi manajemen karbonisasi, PTBA telah menjalankan sejumlah program untuk mendukung dekarbonisasi. PTBA menerapkan Eco Mechanized Mining yakni mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar fosil menjadi elektrik.
Beberapa alat berbasis listrik yang telah digunakan PTBA di antaranya eskavator Listrik berjenis Shovel PC-3000, dump truck sekelas 100 Ton hybrid (diesel dan listrik), dan pompa tambang berbasis listrik. PTBA juga telah mengoperasikan bus listrik di Pelabuhan Tarahan dan Unit Pertambangan Tanjung Enim.
PTBA juga menerapkan E-Mining Reporting System, yaitu sistem pelaporan produksi secara real time dan daring sehingga mampu meminimalkan pemantauan konvensional yang menggunakan bahan bakar. (Ab)