Jakarta
medianusantaranews.com
Jumlah pemegang saham emiten batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melonjak. Per 30 Juni 2024, pemegang saham PTBA jadi 133.781 pihak, meningkat 3.181 pihak dari bulan sebelumnya di posisi 130.600 pemegang saham.
Tercatat, per akhir Juni 2024, jumlah pemegang saham PTBA untuk perorangan Indonesia alias ritel mencapai 132.801 pihak. Per 31 Mei 2024, jumlahnya masih 129.620 pemegang saham ritel. Artinya saham ini masuk incaran ritel, sebagaimana dilansir dari Investor.id
Saham PTBA pada perdagangan 8 Juli 2024 kemarin diparkir di Rp 2.550 (+0,39%). Dalam tga bulan terakhir saham ini turun 12,97%.
Sementara itu, Bukit Asam (PTBA) menargetkan peningkatan kontribusi pendapatan dari energi terbarukan hingga sekitar 30% pada 2030. PTBA berencana memperluas portofolio energi terbarukan lebih dari 200 megawatt peak (MWp).
Ekspansi proyek energi terbarukan itu melalui pembangkit listrik tenaga surya di berbagai lokasi, termasuk lahan pasca tambang di Tanjung Enim, Ombilin, dan Bantuas.
“PTBA juga berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin besar hingga 1,3 GW di Laut China Selatan, yang bekerja sama dengan Huadian,” tulis analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan dalam ulasannya, yang dikutip pada Selasa (25/6/2024).
Mirae baru saja mengunjungi PLTS Bali Mandara, pembangkit listrik tenaga surya yang dioperasikan oleh anak usaha PTBA, yaitu PT Bukit Energi Investama (BEI). PLTS yang merupakan hasil kerja sama dengan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) tersebut telah beroperasi sejak September 2022.
PLTS Bali Mandara yang terletak di Jalan Tol Bali Mandara menjadi salah satu inisiatif PTBA untuk memperluas portofolio energi terbarukan. Pembangkit ini memiliki kapasitas produksi 400 KWp dan menghasilkan sekitar 613 MWh per tahun, yang didedikasikan sepenuhnya untuk memasok listrik Jalan Tol Jasamarga Bali.
“Energi terbarukan memang masih berkontribusi minimal terhadap pendapatan PTBA, tapi pengembangan proyek yang berhasil dan tepat waktu dapat menghasilkan ESG rerating untuk PTBA,” sebut Rizkia.
Rekomendasi Dan Target Harga Saham
Sementara itu, Mirae telah mencermati laporan keuangan sejumlah emiten batu bara, termasuk PTBA. “Laba PTBA pada kuartal I-2024 tidak memenuhi harapan kami, terutama karena penyesuaian struktur biaya mereka,” ungkap Rizkia dalam riset sebelumnya.
Sebab itu, Mirae merekomendasikan sell saham PTBA. Target harga saham PTBA dipatok sebesar Rp 2.500. Proyeksi P/E PTBA pada 2024 dan 2025 sebesar 6,4 kali dan 6 kali.
Sedangkan secara keseluruhan, Mirae mempertahankan pandangan netral terhadap sektor batu bara Indonesia, meski menunjukkan performa yang kuat pada kuartal I-2024.
Sepanjang kuartal I-2024, produksi batu bara meningkat signifikan dan berada di jalur yang tepat untuk mencapai target RKAB pemerintah sebanyak 920 juta ton. Konsumsi domestik tetap tinggi dan ekspor stabil.
Meski ada potensi perubahan cuaca dari El Nino ke La Nina pada akhir tahun ini, harga batu bara global yang tinggi dan peningkatan permintaan energi di Asia Tenggara diperkirakan bakal menguntungkan produsen batu bara Indonesia. “Perkiraan kami saat ini mengenai harga batu bara Newcastle tidak berubah sebesar US$ 126 per ton,” jelas Rizkia.
Namun, pihaknya terus memantau secara cermat dampak dari potensi cuaca, terutama ekspektasi peningkatan permintaan akibat gelombang panas yang terjadi di Asia Tenggara, India, dan kemungkinan China, terhadap dinamika perdagangan batu bara. (Ab)