#Aktifitas Petani Karet lumpuh#
Musi Banyuasin,medianusantaranews.com- Hingga awal pekan Mei 2023 ini itensitas hujan masih ada, bahkan beberapa hari belakangan ini, mengakibatkan aktifitas masyarakat terganggu. Sedang ditahun politik ini pejabatnya sibuk Pencitraan, sedang rakyatnya untuk bertahan hidup harus berjibaku dengan lumpur.
Pantauan media ini di lokasi kerusakan ruas jalan yang dimanfaatkan untuk aktivitas kaum petani penyadap karet dalam kondisi rusak parah, jangankan dilalui berbagai kendaraan, untuk jalan kaki saja sudah menyusahkan sangat.
Menurut keterangan pemilik dan pekerja penyadap karet yang sempat dibincangi dikatakan akses jalanya hanya melalui lokasi itu bahkan dari hasil perkebunan karet di Desa Gajah Mati sesungguhnya salah satu penyumbang PAD Kabupaten Musi Banyuasin cukup besar, tapi entah mengapa akses aktivitas kami tak begitu dipedulikan, ungkap mereka pasrah.
Kondisi ini juga sangat dirasakan oleh kaum petani karet diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin dan pilunya lagi, akibat dua hari terakhir hujan mengguyur di pagi hari, kwatirnya kerjanya sebagai penyadap karet hasilnya bakal sia-sia saja, ucap Aris buruh sadap getah karet.
Aris (40) melakukan aktivitasnya sebagai penyadapan karet di daerah perbunan milik warga di lahan eks Sepakat Desa Gajah Mati Kecamatan Babat Banyuasin Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Provinsi Sumatera Selatan itu, mengaku terkendala beraktivitas sepekan terakhir sebagai menyadap karet dikala datang hujan, yang sedang dirasakan saat ini aktivitasnya berpengaruh pada realisasi produksi terhadap keuanganya.
“Nyadap di musim penghujan jauh berkurang hasilnya dibanding dengan cuaca stabil. Kondisi musim penghujan, pada malam hingga pagi hari sangat berpengaruh, karena cara mengambil getah karet itu sendiri kondisi pohonnya harus kering,” jelasnya (7/5/2023) ketika berbincang dengan wartawan media ini kemarin.
Lanjut Aris, padahal waktu nyadap karet itu yang menghasilkan dianjurkan pada pukul 04.00 hingga 08.00 pagi, karena saat jam-jam itu menurut ajaran yang diterimanya bahwa tekanan getah yang dihasilkan dari turgol sel sangat besar.
“Proses penyadapan yang dilakukan pada siang atau pada sore hari tak akan menghasilkan jumlah latek maksimal, bahkan jauh berkurang saat keluar dari permukaan pohon karet itu sendiri,’ kata Aris menirukan nasehat ahli penyadap karet sekaligus mengakhir ceritanya.
Terpisah, keluhan yang sama dikatakan Liyas (38) yang ngaku warga dari Desa Srikembang Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin itu terganggunya produksi karet dampak ada hujan yang mengguyur dua hari terakhir di pagi hari akibatnya kerusakan jalan penghubung antara kediamanya menuju perkebunan karet tempat aktivitas menyadap.
Menurutnya, kondisi jalan yang dilintasi melalui jalur perkebunan PTPN 7 Unit Betung Krawo menuju lahan eks Sepakat di Desa Gajah Mati Kecamatan Babat Supat itu saat ini mengalami kerusakan yang cukup parah.
Adapun titik kerusakan terparah adalah antara Simpang Empat Tabuan menuju kebun lokasi kebunya di Desa Gajah Mati Kecamatan Babat Supat.
“Bukan hanya berpengaruh dengan produksi karet saja pak, untuk menuju kelokasi kebun pun kami mengalami kesulitan, soalnya ada beberapa titik jalan dalam kondisi kerusakan sangat parah berkubang dalam juga berlumpur. Jangankan mobil, untuk sepeda motor pun mengalami kesulitan melintas,” jelasnya.
Jangankan cuma ruas jalan yang hanya dilalui oleh kaum petani penyadap karet, sedang ruas jalan kabupaten di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin untuk saat ini yang kondisinya rusak lebih parah pun banyak.
“Saya yakin belum ada pejabat dari Musi Banyuasin yang melintas dijalan yang selama ini jadi akses aktivitas para kaum petani sadap karet sekaligus merupakan bagian penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Bumi Serasan Sekate”, ucap salah seorang pemilik kebun karet saat berbincang beberapa saat yang lalu usai mengantar pekerja penyadapnya.
Hingga beritanya ditayangkan di media ini, pejabat terkait di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan belum ada yang dimintai komentarnya.(waluyo).