Medianusantaranews.com, (Musi Banyuasin)- Setelah banyak mengalami berbagai persoalan baik dalam internal perusahaan hingga pelayanan dengan pelanggannya, banyak yang bilang saat ini Pt MEP sedang berada pada posisi di simpang “Y”, jika arah kekiri “Bubar” arah kekakan ” Ngutang”.
Dalam perbincangan para pelanggan tanpa nama menyikapi menegemen Pt. Muba Elektrik Power (MEP) yang bergerak di perlistrikan itu dalam setahun terakhir terus bergejolak yang muncul baik dari pengelolaan menegemen perusahaan itu sendiri juga diperparah timbul dari para pelanggan, karena sebagai konsumen dibuatnya tak nyaman setelah memakai jaringan listrik yang dikelola oleh Pt MEP.
Pemadaman berkepanjangan tanpa ada solusi, sebagai pelanggan dibuat sekarat, karena lebih lama padamnya dari pada menyalanya, itu namanya mencelakakan masyarakat pelanggan, ucap Pardi yang ngaku pelanggan asal Tungkal Jaya yang jaringan listriknya dikelola Pt MEP saat dijumpai media ini beberapa saat yang lalu.
” Hidupnya satu-dua jam saja, matinya hingga berhari-hari, sudah mahal biayanya, pelayanannya aburadul saja, memakai Amper prabayar dulu dalam satu bulan paling banyak Rp 200 ribu, tetapi sekarang memakai Amper berbayar dalam satu minggu saja habis Rp 200 ribu, mending kalau tidak padam sepanjangan”, keluh Pardi.
Sebagai pelanggan listrik Pt MEP hingga saat ini jelas dibuat sengsara, segala giat dan aktivitas terganggu, kalau malam gelap gulita dan mirisnya lagi terhadap anak-anaknya yang mengikuti kegiatan belajar sekolah internet pun macet total semua, sebab jika listrik padam jringan internet pun susah, jadi bagaimana kami masyarakat ini bisa hidup layak apalagi dikata sejahtera, cetusnya kecewa berat.
Yang dikutip dari perbincangan dalam group WhatsApp pelanggan listrik Pt MEP berbagai komentarnya sudah ada yang meminta konfirmasinya kepada direktur PT MEP Ougi Bunyamin dapat jawaban DIREKTUR : 2 opsi yang bisa dilakukan oleh PT.MEP (BUMD MUBA): 1. Dana pembenahan Rp 450 milyar. 2. Tutup PT.MEP.
Ada tanggapan pelanggan dikatakan “Kalau Rp 450 milyar kita pinjam ke PT. SMI. bisakah PT. MEP untung diatas Rp 77 juta dalam 1 hari?”, pertanyaannya.
Tanggapan pelanggan yang lain “Kalau pembenahan menghabiskan anggaran Rp 450 M, seyogyanya bubarkan dan dana sebanyak 450 M, dibayarkan ke PLN, sisanya untuk pemasangan PLN ke masyarakat”, suaranya.
Pelanggan lain berkomentar “mengutip dari lead berita Kawan sebelah :Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah langkah baru dalam capaian dan terobosan baik Kabupaten maupun Kota. Apalagi dengan adanya BUMD dapat meningkatan Pendapatan Asli Daerahya (PAD). Pertanyaan : BUMD seperti apa yang dapat menambah penghasilan daerah kenyataanya merugi terus malahan mau minta suntikan dana dari Pemkab sebesar Rp 450 Miliyar?.
Pelanggan lain berkomentar “Yang buat PT. MEP hancur,Tak pernah menghitung untuk untung. Beda PT. MEP dengan PT. PLN. PT. MEP menghitung dengan cara rugi. Kalau PT. PLN menghitung bagaimana cara untung.
Sedangan ada pelanggan yang nyleneh dan tidak nyambung, tapi ada maksud yang memberi masukan mengatakan bahwa “Kalau BUMD yang bisa menambah penghasilan Daerah itu hanya PDAM, karena Air tak habis dipakai, setelah dipakai kembali ke dalam tanah / kembali lagi kesungai diambil lagi. Kalau BUMD bukan PDAM bisa rugi dikarenakan BUMD itu membeli bahan bakunya, selanjutnya dijual kembali yang tak menghasilkan untung”, ungkapnya.
Sementara Direktur MEP, Ougi Bunyamin hingga berita ini disiarkan oleh media ini belum memberikan jawaban, padahal sudah dikonfirmasi via WhatsApp sejak kemarin.(MNN/waluyo)