Medianusantaranews.com (Banyuasin) – Ketua Himpunan Keluarga Petani Nasional (HKTN) Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, Ahmad Roni kepada awak media ini (31/8/2020) dilokasi lahan dalam DesaTanjung Laut, Sedang dan Sungai Senda, Kecamatan Suak Tapeh Banyuasin itu minta kepada pihak PT. MAR tidak memaksa warga yang sedikitnya 700 Kepala Keluarga (KK) harus berbuat anarkis.
Pasalnya, lahan seluas 1.400 hektar itu bagian dari 15.368 hektar lahan yang ditinggal dan ditelantarkan oleh PT. SHS sejak tahun 1997 hingga saat ini dari data luas HGU perusahaan itu 22.500 hektar.
Didampingi Sekjen HKTN Banyuasin, Noerdin dan dua orang petani Hadi dan Anwar di lokasi menirukan omongan Bupati Banyuasin H. Askolani saat meninjau beberapa waktu yang lalu dibeberkan bahwa ini lahan merupakan tanah Tuhan, jadi siapa saja berhak untuk mengelolanya, termasuk 700 KK itu menggarap lahan sejak tahun 1997 hingga saat ini masih diusahakan di tanam pangan berupa padi.
Roni menambahkan Banyuasin pada musim panen padi sawah tahun tanam 2019/2020 menjadi penghasil beras keempat nasional itu sebagian berasnya hasil panen diatas lahan 1.400 hektar, sebab dari seluas lahan itu ada 1.100 hektarnya hasilnya produksi gabah kering panen perhektar rata-rata 80-120 karung dan sekitar 300 hektar lahan itupun masih diusahakan oleh warga.
Warga mengelola lahan itu lanjut Roni, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Agraria Nomor 2 tahun 2015 tentang penetapan lahan terlantar. Sedangkan warga menggarap lahan itu sejak ditelantarkan oleh PT. SHS tahun 1997 dan PT. MAR sendiri selama 3 tahun lebih, maka pihak PT. MAR jangan menciptakan kesengsaraan ekonomi masyarakat, sambung Humas HKTN Banyuasin Syamsuri HAJ.
Syamsuri juga menekankan, pihak perusahaan jangan memaksa warga berubah pikiran, karena dari lahan sawah itulah mereka untuk bertahan hidup, bahkan dari produksi beras dari petani dilahan itu telah mampu mendongkrap Banyuasin menjadi 4 besar produksi beras tingkat nasional, jangan main-main dengan warga sekarang ini, lanjut Anwar.
Anwar mengaku, bersama keluarganya bisa bertahan hidup sejak PT. SHS bangkrut tahun 1997 hingga saat ini menanam padi di atas lahan tersebut, “Saya pernah saat buat pondok ini didatangi orang perusahaan dan mereka banyak bertanya, tak satu kata pun saja jawab, lama-lama mereka pergi entah kemana,” ucapnya.
Masih kata Anwar, “Pernah juga padi sudah siap dipanen tiba-tiba datang alat berat menggusur tanaman dan pondok-pondok petani dan saya ada didalam pondok ini, datang rombongan itu tanpa permisi lagi mau menggusurnya, saya hadapi sendiri, oleh Kades Senda lupa namanya saya dia langsung mendekati saya dan meminta maaf lalu alat berat dari PT. MAR diminta memutar kembali dan sampai saat ini tak timbul lagi,” ujarnya.
“Pernah juga datang dari Kepolisian dan Anggota TNI menjumpai kami di pondok ini dan ketika itu ada Pak Haji juga petani disini, tapi satu kata kami sepakat sebagai petani dan penyumbang beras di Kabupaten Banyuasin ini tetap mengelola lahan persawahan dan bila perlu kami membuat kuburan massal di areal persawahan ini,” tegas Hadi apalagi Ketua HKTN Banyuasin sudah mewanti-wanti pihak perusahaan jangan memaksa warga berbuat anarkis, sekaligus menyudahi perbincangan dengan wartawan. (MNN/Bara/waluyo)