Saluran Primer dan SDU Dangkal, 450 Hektar Sawah Petani Terbengkalai

Banyuasin,medianusantaranews.com- Saluran Primer, Skunder dan SDU di wilayah Desa Wonodadi dan Sumber Agung Kecamatan Selat Penuguan Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan sudah lebih 12 tahun diusulkan supaya dilakukan Normalisasi atau pengerukan hingga sampai Musrencam 2018 lalu belum juga ada tanda-tanda terealisasi.

Dampak dari pendangkalan dan belum ada tanda-tanda direalisasikan usulan itu sedikitnya ada 450 hektar lahan persawahan didua Desa yang terdapat pada saluran Primer tersebut menjadi terbengkalai, terang Naim Kades Wonidadi saat ditemui diruang kerjanya beberapa saat yang lalu.

Dijelaskan Naim, di Desa saya ada lahan pangan persawahan untuk masa tanam usulan Ip 200 ada kurang lebih 250 hektar dan Desa Sumber Agung ada sekitar 200 hektar. Karena saluran itu sudah dalam kondisi dangkal di kami kwatirkan petani padi akan gagal panen seperti pada 2-3 tahun yang lalu.

” Kalau pada musim panen ya masyarakat kami masih tetap panen, tetapi hasilnya tidak maksimal d karenakan saluran primer dan skunder serta SDU nya sudah dangkal”, ungkap Naim berharap sangat.

Masih kata Naim, untuk saluran primer dan SDU didesanya itu sepanjang sekitar 6 km dengan lebar 6 meter sedangkan untuk sakuran tersier atau skunder sepanjang sekitr 3 km dengan lebar lebar 2 meter dan untuk lokasi SDU sepanjang sekitar 6 km dengan lebar 3 meter.

SDU tersebut yang fungsinya untuk penyaluran air dari sakuran primer melalui saluran skunder untuk pengairan lahan persawahan, sehingga kebutuhan air pasca nusim tanam hingga masa panen dan untuk kebutuhan air disawah itu dapat terpenuhi.

” Jika pengadaan air persawahan didesanya itu normal dalam satu hektarnya dapat menghasilkan dalam satu hektarnya rata-rata 5-6 ton gabah kering sawah. Tapi semenjak terjadi pendangkalan saluran itu selama para petaninya dari hasil panen persawahanya tak lebih 1-2 tan saja perhektarnya, itupun jika dibantu ada hujan”, jelas Naim berharap sangat dengan adanya pemberitaan ini usulan normalisasi ke Balai Besar dapat direakisasikan.

Untuk penghasilan masyarakat yang dipimpinya ini kata Naim, untuk lahan darat diusahakan sebagai perkebunan kelapa sawit sedangkan untuk lahan basah sampai saat ini ada 250 hektar tetap menjadi lahan pangan persawahan, tutupnya.(waluyo)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *