Bandar Lampung, medianusantaranews.com
Beredarnya konten – konten hoax dan hate speech ( ujaran kebencian ) di dunia maya memang sangat meresahkan. Selain bisa memecah belah persatuan bangsa, konten – konten hoax juga berpotensi dalam hal pembodohan pada masyarakat awam yang kurang teliti dalam menerima informasi.
Kepolisian RI atas hal inipun tidak tinggal diam. Terbukti, setelah berhasil membekuk kelompok Saracen kini Polri juga berhasil membongkar grup Muslim Cyber Army ( MCA ) yang diduga kuat telah menjadi dalang dalam penyebaran konten – konten hoax yang menyesatkan.
” Kita sangat mengapresiasi sekali gerak cepat dari aparat kepolisian RI, dengan upaya mereka mencegah dan menghentikan kelompok – kelompok yang bertanggung jawab dalam hal penyebaran konten atau berita hoax.” Ucap Avi Cenna Isnaini, ketua ikatan keluarga besar alumni MAN 2 Bandar Lampung ( IKA MANDA ). 28/02.
Avi juga mengatakan, perlu ada pembinaan yang lebih massif dalam hal menghindari para pengguna sosmed agar tidak turut serta tanpa sadar menyebarkan konten – konten dan berita – berita hoax tersebut.
” Perlu adanya pembinaan lebih lanjut, lebih massif pada warganet ( pengguna sosmed ). Sebab masih banyak pengguna sosmed sendiri belum paham apakah berita itu berita yang benar atau tidak.” Ujar pria yang juga rajin menggunakan sosmed.
” Diberanda sosmed saya sendiri kadang saya masih melihat banyaknya konten – konten yang diduga mengandung hoax yang bisa menyebabkan kericuhan. Ini kan artinya warganet masih ada yang belum begitu paham. Mereka ( Yang turut menyebarkan ) juga belum tentu berniat, cuma karena kurangnya wawasan dan pembinaan ya akhirnya ikut menyebarkan.” Tambah Avi.
Avi mengatakan, perlu ada campur tangan pemerintah yang memberikan pembinaan dan wawasan hingga ke tingkat desa. Sebab pada masa ini dimana membuat akun sosmed sangat mudah, tidak sedikit juga pengguna – pengguna sosmed yang berasal dari wilayah pedesaan yang tidak mengerti apa itu hoax.
” Saya kira pemerintah dalam hal ini dinas kominfo ya, harus sering – sering mengadakan pembinaan di tingkat kelurahan atau desa. Sebab saya sendiri sudah melakukan riset singkat, banyak pengguna sosmed yang berasal dari desa terpencil yang tidak mengerti apa itu hoax. Jangankan mengerti arti hoax, kadang penyebutan hoax saja mereka masih salah. Yang seperti ini sangat rentan dan berpeluang besar menjadi korban.” Terangnya lagi.
Avi juga tidak ketinggalan memberikan langkah – langkah dasar untuk memperjelas apakah konten ata berita itu hoax atau benar saat kita ragu dalam sebuah informasi.
” Selalu pastikan berita atau konten itu hoax atau tidak, pertama dengan melihat dari sumber berita tersebut dari mana ditayangkan. Kalau cuma kiriman – kiriman dari akun sosmed yang tidak saya kenal biasanya saya acuhkan saja. Kalau dari sebuah website, periksa dahulu apakah website tersebut memiliki susunan redaksi dan alamat yang jelas.” Saran Avi.
” Kalau mau lebih aman lagi, biasanya saya mencari rujukan informasi dari media online lain. Karena biasanya kalau media tersebut legal dan resmi, pasti ada koresponden – koresponden media lain yang turut meliput berita tersebut. Dan saya juga selalu mengacuhkan berita atau konten yang merujuk pada unsur perpecahan SARA ( Suku Agama Ras dan Antar Golongan ). Karena media yang berkompeten tidak akan berani menulis atau menerbitkan tulisan yang dianggap akan menimbulkan kegaduhan.” Tutupnya.
( Dhit )